Rabu, 24 Maret 2010

Perjalanan Menuju Gunung Kemiki



Sampaikanlah pada ibu ku
Aku pulang terlambat waktu
Ku akan menakhlukkan alam dengan jalan pikiranku…….

BEGITULAH lantunan lagu dari Eros dalam soundrack Soe Hoek Gie, yang sekiranya ikut membangkitkan sebuah motivasi untuk menjelajahi alam yang berbekal dengan rasa ke ingintahuan akan Mahakarya sang Pecipta di belantara luas. Hutan Aceh memang begitu luas untuk di jelajahi. Di setiap sudutnya selalu tersedia tempat yang menarik untuk di kunjungi. Menuju Kawasan Ulu masen di situ terdapat beberapa panorama alam yang eksotis yang dapat menyuguhkan sensasi yang berbeda dan sangat menggoda untuk di jelajahi. . Hutan Ulu masen yang mencakup enam kabupaten mulai dari Bireuen, Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar, Aceh Jaya an Aceh Barat yang memiliki luas hingga 750.000 hektar. Daerah kawasan Ulu Masen ini (red-GunungKemiki) mempunyai curah hujan dan debit air yang terbesar di dunia. Dan tak heran bila di daerah tersebut sering terjadi hujan setiap harinya.

Bertolak dari tujuan kami UKM PA LH METALIK yang memonitoring Flora dan Fauna yang terdapat di kawasan Ekosistem Ulu Masen tepatnya di Gunung Kemiki, maka kami melakukan pendakian ke gunung tersebut yang beranggotakan 9 orang dan diketuai oleh Fakhrurrazi. Nama Gunung Kemiki mungkin tidak sepopoler gunung Peut Sagoe, walaupun keduannya terletak berseblahan dan dua-duanya terdapat di Gempang Kecamatan Mane Kabupaten Pidie , Gunung Kemiki memiliki ketinggian 2800 Mdpl dan dikategorikan sebagai gunung primer yang mempunyai tugu tringulasi yang di bangun pada masa penjajahan Belanda.

Dengan jarak tempuh satu hari perjalanan dengan berjalan kaki dari desa terakhir Blang Dalam barulah dijumpai pintu rimba dengan medan tempuh yang landai dan melewati bekas daerah transmigrasi yang pernah di tepati penduduk sekitar 700 Kepala Keluarga pada saat sebelum konfik Aceh sekitar tahun 2004. Ditandai pintu rimba dengan berjumpanya dengan sungai terakhir dan selanjutnya medan yang di jumpai beragam mulai dari menanjak, melewati rawa, lembah, alur-alur kecil dan vegetasi sekitar terdapat banyak paku-pakuan dan pohon-pohon yang ditutupi oleh lumut.

Semakin masuk ke dalam rimbanya kita akan menjumpai betapa eksotisnya hutan kawasan ulu masen ini, hal ini terbukti dengan keanekaragaman hayati yang terdapat di alamnya, mulai dari anggrek yang beraneka ragam warna dan jenisnya di tambah lagi dengan flora-flora lainnya yang menarik bagi siapa saja yang menjambanginya. Yang lebih menarik lagi di ketinggian 1850 Mdpl kita akan menjumpai sebuah kaldera padang landai yang terhampar dengan luas sekitar ± 3 hektar seperti lapangan bola kaki dan di sebelah timurnya tercipata pemandangan Gununga Tutung Api yang berdiri dengan gagahnya. Di kaldera tersebut terdapat hamparan lumut-lumut yang berwarna putih bak permadani dan vegetasi lainnya berupa edelwis yang tumbuh di sudut timur kaldera dan disudut utaranya terdapat sebuah rawa. Menyebrangi kaldera dari arah timur laut menuju utara maka akan kita jumpai punggungan gunung menuju ke gunung Kemiki dan Peut Sagoe. Melewati jalur-jalur yang telah tercipta oleh bekas pijakan Pomeurah(Gajah) yang terdapat di sepanjang punggungan tersebut. Terus mengikuti jejak-jejak pijakan Pomeurah dan tetap berpatokan pada Peta, maka akan sampailah kita pada puncak dengan ketinggian 2346 Mdpl dengan suhu 20o Celcius, dan dari situ kita bias menyaksikan pemandangan telaga kemiki yang di apit oleh Gunung Tutung Api dan Peut Sagoe. Di ketinggian ini terdapat vegetasi anggrek bulan bewarna putih yang sedang bermekaran. Melanjutkan perjalanan kembali menuju puncak Kemiki maka panorama alam yang dijumpai semakin eksotis, walaupun jalur yang dilalui menanjak terjal dan kadang terpaksa harus merangkak untuk melalui jalur tersebut. Satu hari perjalanan dari puncak 2346 Mdpl maka barulah tiba di puncak Kemiki.

Mulai dari punggungan Kemiki hingga kepuncaknya di dominasi oleh pepohonan perdu yang mempunyai batang yang keras. Dan semilir angin menyapu puncak kemiki yang tetap[ terasa dingin walaupun di siang hari. Puncak Kemiki memiliki sedikit dataran dengan ketinggian 2800 Mdpl, dan dikelilingi pepohonan yang di tutupi dengan lumut . Dari atas puncak ini kita bisa melihat mahakarayaa sang pecinpta yang begitu indah dan menawan , gunung-gunung terhampar dan telaga disinari sang matahari memancarkan cahaya bagaikan berlian di terik panas. Di atas gunung inilah tugu tringulasi P133 dibangun oleh Belanda. Dan didasarkan rasa keingintahuan kami waktu itu ingin mencari letak tugu itu, pemetaan yang kami lakukan telah sesuai dengan letak tugu yang digambarkan di peta, tapi tugu tersebut tak kunjung kami temukan. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk mencari kedalam semak-semak yang terdapat di sekitar daerah pemetaan letak tugu tersebut, dan ternyata setelah 2 jam melakukan pencarian tugu maka kami temukan bentuk sepetak bangunan tugu yang hanya tinggal ketinggiaannya 40 cm dari tinggi sebenarnya 160 cm, dari tugu yang ditemukan tersebut tergambarkan bahwa tugu itu telah di hancurkan beberapa tahun silam dan sisa pondasinya telah tertutupi oleh rimbunan semak-semak yang tumbuh. Kunon menurut cerita masyarakat desa Blang Dalam juga bahwa dulu ada orang-orang yang mencari harta karun di Gunung tersebut. Dari puncak ini juga terdapat jalur yang bisa mengantarkan kita menuju ke Meureudu.

            Beranjak dari puncak Kemiki kami turun menuju ke telaga Kemiki, jalur menuju ke telaga Kemiki banyak dijumpai jejak kaki Poemeurah di banyak tempat. Telaga Kemiki mempunyai luas sekitar ± 3 hektar. Dengan didominasi oleh rumput dan kiri kanan di apit oleh pengunungan dengan riak air yang tenang, terbesit alangkah indahnya bila tempat tersebut dijadikan objek wisata.